Selasa, 07 Juni 2022

Modul 3.1.3.9 Koneksi Antar Materi

 


Modul 3.1.3.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Rolipa, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMA Negeri 3 Banyuasin III. Saya terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu memandu Praktik, mengarahkan dan memberikan dukungan serta mengingatkan saya yaitu Ibu Tety Rooliana dan juga kepada Pengajar Praktik saya Ibu Lanjar Palupi. Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan secara logika dan rasa keduanya benar, berada dalam situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara melawan salah ( bujuk moral) yang menuntut kita untuk berpikir secara hati-hati untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita untuk mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalkan kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'pelatihan' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching skill adalah yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita masalah maupun yang dimiliki orang lain. Dengan langkah T IRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbing yang telah dilakukan oleh praktik pendamping dan fasilitator telah membantu saya mempraktikkan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA  merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan pembinaan. Hal ini penting mengingat tujuan pembinaan, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA  adalah satu model pembinaan yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW  adalah akronim dari  Goal, Reality, Options  dan  Will .

Goal  (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality  (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options  (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will  (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat rencana aksi dan menjalankannya. TIRTA  akronim dari :

 : Tujuan

 : Identifikasi

 : Rencana aksi

TA : Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana sehingga dapat mewujudkan belajar di kelas maupun di sekolah.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukkan moral.

Seorang peneliti ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif , aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilakukan untuk mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang-kadang jika dipaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, semua tergantung pada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya jika keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar hanya sebuah kosong belaka dan tentunya murid tidak akan berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaan.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi seperti pisau yang digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan berkencan. Demikian sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid harus melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar siswa untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang asyik dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau keterampilan yang harus dilakukan oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang memimpin sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman .

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh ( mindfullness ) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Demikian koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, semoga bermanfaat.


0 komentar:

Posting Komentar