BLOG GURU FISIKA

Belajar Fisika itu Menyenangkan.

PELAJAR

Fisika itu Asik dan Mudah

Thomas Alva Edison

Ilmuwan Fisikawan

Kamis, 16 Juni 2022

3.3a.6 Refleksi Terbimbing

 


3.3.a.6 Refleksi Terbimbing -- Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

Rolipa, S.Pd
CGP 4 Kabupaten Banyuasin


Apa yang menarik bagi Anda setelah mempelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid?

Dalam menyusun suatu program kegiatan perlu dianalisis terlebih dahulu tentang dampak dan resiko yang mungkin terjadi hingga kemungkinan terburuk sekalipun. Program yang berdampak langsung pada siswa tentu saja dalam hal merancang pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaannya kita hendaknya mempertimbangkan hasil evaluasi dari kegiatan sebelumnya dengan model 4F (Fact, Feeling, Finding, Future).

  • Fact (Fakta)                     :  Catatan objektif tentang apa yang telah terjadi
  • Feeling (Perasaan)          :  Reaksi emosional terhadap situasi yang terjadi
  • Finding (Temuan)           :  Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut
  • Future (Masa depan)       :  Menyusun pembelajaran pada masa yang akan datang

Apa yang mengejutkan  yang Anda temukan dalam proses pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid?

Kita menjadikan siswa sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, dan kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Tugas guru hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana siswa memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Apa yang berubah  yang akan Anda lakukan setelah memahami atau mempelajari materi ini?

Konsep Monitoring Evaluasi dan dua belas prinsip  dasarnya yang saya inginkan dalam penerapan program pengelolaan yang berdampak pada murid. Monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi melibatkan penilaian luar independen. Monitoring dan evaluasi perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawarkan dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman, yaitu :

  1. Mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi?
  2. Menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman.
  3. Menentukan program atau proyek yang perlu dimonitor.
  4. Menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan evaluasi.
  5. Menentukan topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi.
  6. Mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah.
  7. Mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui.
  8. Memutuskan bagaimana informasi diperoleh.
  9. Menilai kontribusi/pengaruh yang diberikan.
  10. Menganalisis dan menggunakan informasi.
  11. Menjelaskan data
  12. Etika dan proteksi data

Apa yang menantang bagi Anda untuk memahami apa yang disampaikan dalam modul ini?

 Saya menyusun program sederhana yang melibatkan murid dan orang tua dan dalam penyusunan program yang berdampak pada murid saya menggunakan pendekatan BAGJA dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Saya optimis bahwa dengan pendekatan BAGJA akan memberikan solusi alternatif atas permasalahan siswa di sekolah. Kita dapat mengidentifikasi dan menginventarisasi kekuatan yang ada untuk dimaksimalkan dengan cara menyusun program yang diawali dari perumusan tujuan berupa pertanyaan sekolah yang diimpikan hingga memetakan potensi yang mungkin bisa dioptimalkan dengan bercermin pada evaluasi hasil kegiatan sebelumnya sebagai gambaran penyusunan program terutama dalam mengantisipasi segala kemungkinan resiko yang akan terjadi, sehingga kita siap apabila rencana yang dijabarkan belum menemui hasil yang diharapkan dengan menyiapkan rencana alternatif untuk melakukan eksekusi kegiatan.

Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program yang berdampak pada murid.

Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan program yang berdampak pada murid, guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya dari komunitas. Yang dimaksud dengan komunitas di sini dapat terdiri dari murid, guru, orang tua, orang dewasa lain yang ada di sekitar murid, dan masyarakat atau lingkungan sekitar.



Senin, 13 Juni 2022

 

Aksi Nyata Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Rolipa

CGP Angkatan 4 Kabupaten Banyuasin

Dalam mengelola aset yang ada di sekolah maka seorang Pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan 7 aset sumber daya di sekolah yang terdiri atas aset manusia, aset sosial, fisik, finansial, politik, lingkungan dan agama budaya.

Dengan pemetaan yang dilakukan maka kita bisa memaksimalkan potensi aset yang ada dengan berpedoman pada prinsip asset based thinking atau berpikir berbasis aset sehingga bisa menghasilkan potensi yang maksimal.

Untuk bisa memberdayakan aset yang ada, maka seorang pemimpin pembelajaran harus melakukan manajemen perubahan menggunakan pendekatan inkuiri Apresiatif model BAGJA atau 5D untuk menginisiasi sebuah perubahan positif berdasar aset yang ada.

Dalam aksi nyata Modul 3.2 kali ini saya melakukan pemetaan terhadap seluruh aset sekolah dan berdasarkan aset tersebut saya mencoba merancang sebuah perubahan yang bertujuan mengembangkan Pembelajaran kokurikuler yaitu projek bangunlah jiwa raga dengan topik perundungan siber yang mengacuh pada propil pelajar pancasila.

1. Latar belakang

Sumber daya atau aset adalah hal yang sangat mendukung kemajuan sekolah, untuk itu saya sebagai guru harus bisa memetakan dan mengelola aset sekolah menggunakan pendekatan IA model BAGJA untuk menginisiasi perubahan , sehingga saya bisa memaksimalkan pemanfaatan aset guna mendukung pembelajaran di kelas.

Siswa adalah salah satu aset yang perlu kita jaga seperti budi pekerti yang mencerminkan profil pelajar pancasila.Dengan demikian untuk menjaga siswa berkarakter pancasila maka sekolah mengadakan projek kokurikuler dengan tema bangunlah kiwa raga dengan topik perundungan siber.

2. Tujuan

Kegiatan ini dimakasud untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang perundungan siber yang sangat minim diketahui oleh siswa yang tampa sengaja memposting sesuatu didunia maya yang bisa menyakitkan seseorang.

3. Tolak Ukur

Terlaksananya projek tema 3 dengan tema bangunlah jiwa raga dengan topik perundungan siber.

4. Dukungan yang dibutuhkan

Untuk melakasanakan aksi nyata diperlukan kolaborasi dengan Kepala sekolah, Rekan CGP, Rekan Guru, Tenaga Kependidikan, siswa serta orang tua selama pembelajaran kokurikuler yang diadakan disekolah.

5. Linimasa tindakan yang akan dilakukan

Untukmelaksanakan aksi nyata saya menyusun prosedur BAGJA

Tahapan BAGJA

Buat Pertanyan

·         Bagaimana  mewujudkan sekolah yang bebas dari perundungan baik di dunia nyata maupun di dunia maya

·         Bagaimana menciptakan kegiatan projek tema 3 yang berjudul bangunlah jiwa Raga dengan topik perundungan siber di SMA Negeri 3 Banayuasin III

Ambil Pelajaran

  • Pada kurikulum Sekolah Penggerak pembelajaran dibagi menjadi intrakurikuler dan kokurikuler
  • Kokulikuler dalam bentuk projek penguatan profil pelajaran Pancasila
  • Murid melakukan kegiatan projek di semester 1
  • Murid melakukan aksi nyata di akhir kegiatan projek

 Gali Mimpi

  • Murid yang memiliki profil pelajar Pancasila
  • Murid yang aktif, kreatif, menyenangkan dan kontekstual

Jabarkan Rencana

Rencana program :  program ini dapat berjalan dengan baik jika melibatkan semua komunitas

sekolah (Kepala Sekolah, Guru,  Murid, Orang Tua, Komite, Masyarakat di sekitar sekolah)

  • Peran Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab
  • Peran Kurikulum sebagai koordinator perencanaan, pelaksanaan, evaluasi projek
  • Komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah
  • Guru kelas X berperan membimbing murid dalam program tersebut
  • Pembuat modul adalah tim guru yang ditunjuk dibawah koordinasi kurikulum
  •  Murid berperan sebagai subjek pelaksana program
  • Orang tua membimbing murid di rumah sebagai wujud kolaborasi dengan sekolah
  •  Masyarakat berperan sebagai kontrol terhadap program-program sekolah
  • Monitoring dilakukan oleh guru terhadap murid
  • Evaluasi melibatkan Kepala Sekolah, guru dan masyarakat luar sekolah

 Atur Eksekusi

  • Penanggung jawab dan koordinasi antar komponen
  • Penanggung jawab kegiatan: Kepala sekolah
  • Pengarah: Kurikulum
  • Pembimbing: Semua guru kelas X
  • Pembuat Modul: Guru dan tim projek 1 yang ditunjuk
  • Laporan dibuat oleh semua guru sebagai pembimbing di kelas
  • Koordinasi dilakukan internal Kurikulum dan Tim Projek 1
  •  Hasil rapat internal disampaikan pada saat briefing bersama dewan guru sebagai pengarah
  • Evaluasi dilakukan melalui rapat bersama kepala sekolah dan dewan guru

 Alur kegiatan projek secara umum:

1.       Pengenalan

o   Mengenali perundungan di dunia maya

o   Meluaskan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang peundungan di dunia maya

o   Jika aku menjadi kamu

o   Aku belajar dari kamu

2.       Kontekstualisasi

o   Menemukan perundungan di sekolah

o   Mengamati perundungan di sekitar kehidupan murid

o   Merasakan jika menjadi pelaku perundungan

o   Merasakan jika menjadi koban peundungan

 

3.       Aksi

o   Berlatih memerankan drama

o   Menyiapkan proses persiapan pementasan drama

o   Menyiapkan proses (pembuatan poster)

o   Melakukan proses Latihan pementasan drama

o   Melaksanakan pementasan drama.

 4.       Refleksi

    Kegiatan projek ini akan direfleksikan dengan mengamati seberapa jauh langkah para murid mencegah perundungan di dunia maya

5.Tindak lanjut

    Para murid menjadi upstanders (orang yang lebih baik)














Rabu, 08 Juni 2022

 

Aksi Nyata Modul 3.1.a.10 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran




Menghadapai kasus siswa tentang pengambilan keputusan bagi siswa yang jarang masuk sekolah dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan uji keputusan yang telah dilaksanakan.

Latar belakang

Sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk mencetak generasi penerus bangsa tidak pernah lepas dari permasalahan yang ada baik yang berasal dari para siswa, rekan guru, pengambil kebijakan atau dari orang tua dan mssyarakat. Jika permasalahan ini dibiarkan terus menerus maka akan sangat berdampak pada hasil pendidikan yang diperoleh. 

Untuk itu diperlukan komitmen serta kerjasama semua unsur yang ada dilingkungan sekolah agar apapun bentuk permasalahan yang terjadi di sekolah bisa diselesaikan dengan baik dan bertanggung jawab.

Untuk memperoleh Penyelesaian yang baik dan bertanggung jawab maka kita harus menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan serta disesuikan dengan persoalan yang muncul.

Permasalahan yang muncul

Salah satu kasus yang terjadi di sekolah saya adalah sejak sekolah memberlakukan pembelajaran tatap muka, ada seorang siswa yang tidak pernah datang ke sekolah. Sebagai wali kelas, saya pun mengumpulkan data dari beberapa siswa yang rumahnya berdekatan dengan siswa tersebut.

Informasi yang saya peroleh adalah siswa tinggal bersama dengan orang tuanya, kedua orang tua siswa sibuk dengan pekerjaannya dengan menyadap karet yang setiap subuh menyongsong orang tuanya sudah berada di kebun karet. Sehingga tidak dapat melihat aktivitas kegiatan berangkat anaknya tersebut. Sehingga anaknya kadang tidur kesiangan tidak ada yang membangunkan.

Alasan saya melakukan aksi nyata tersebut adalah agar siswa rajin masuk sekolah dan tidak tertinggal materi pelajaran.

 Tindakan atau aksi nyata yang saya akan lakukan adalah:

o   Setelah mendapatkan data awal, saya pun mendiskusikan hal ini dengan ke guru BK dan merencanakan melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui penyebab real siswa tidak pernah masuk sekolah setelah saya melakukan pemanggilan ke 1 dan 2 yang tidak di hadiri oleh wali siswa.

o   Melakukan kunjungan rumah untuk mengumpulkan informasi lebih akurat terkait kondisi keluarga siswa. Ternyata siswa tersebut sering tidur larut malam karena bermain game onlen sehingga mengakibatkan siswa tersebut bangun kesiangan dan sering terlambatdan dia malu dan takut dimarah oleh guru bidang studi.

o   Membuat kesepakatan dengan siswa, agar siswa tersebut tidak lagi bermain game online pada malam hari dan mengatur tidurnya agar tidak tidur terlalu malam.

o   Serta bekerja sama dengan orang tua siswa supaya bisa mengontrol anak tersebut supaya tidak bermain game online pada malam hari yang mengakibatkan siswa tersebut tidurnya terlalu larut malam sehingga bangun.

o   Bekerjasama dengan guru bidang studi mengontrol kehadiran siswa di kelas.

o   Mengadakan kontak telpon dengan pihak keluarga, jika siswa tidak ada di sekolah.






Hasil yang diperoleh

Setelah melakukan beberapa tahapan, serta berkat kerjasama dari berbagai pihak dan komitmen dari siswa sendiri untuk berubah, setelah satu Minggu dilakukan observasi siswa mengalami perubahan prilaku ke arah yang pisitif. 

Siswa menjadi rajin masuk sekolah, walaupun terkadang satu dua kali dia terlambat, namun dia berusaha untuk tetap masuk sekolah.




Perasaan (feelings)

Ada rasa syukur serta muncul kebahagiaan tersendiri saat melihat ada perubahan prilaku yang dialami oleh siswa setelah menjalani beberapa proses konseling dan pengambilan keputusan.

Pembelajaran (findings)

Pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan aksi nyata tersebut adalah untuk memperoleh hasil yang maksimal maka dibutuhkan komunikasi dan kerjasama dari berbagai pihak, baik itu guru, pemangku kebijakan, keluarga, dan masyarakat agar apa yang menjadi harapan semua pihak bisa dicapai dengan hasil yang maksimal.

Penerapan ke depan (Future)

Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Serta untuk mengontrol keberadaan para siswa selama berada di sekolah.

Namun tidak semua permasalahan yang terjadi di sekolah bisa mendapatkan hasil sesuai harapan. Dibutuhkan kerjasama, komunikasi efektif serta keteladanan agar semua bisa berjalan sesuai dengan tujuan bersama.

 

 

 


Selasa, 07 Juni 2022

Modul 3.1.3.9 Koneksi Antar Materi

 


Modul 3.1.3.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Rolipa, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMA Negeri 3 Banyuasin III. Saya terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu memandu Praktik, mengarahkan dan memberikan dukungan serta mengingatkan saya yaitu Ibu Tety Rooliana dan juga kepada Pengajar Praktik saya Ibu Lanjar Palupi. Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan secara logika dan rasa keduanya benar, berada dalam situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara melawan salah ( bujuk moral) yang menuntut kita untuk berpikir secara hati-hati untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita untuk mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalkan kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'pelatihan' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching skill adalah yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita masalah maupun yang dimiliki orang lain. Dengan langkah T IRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbing yang telah dilakukan oleh praktik pendamping dan fasilitator telah membantu saya mempraktikkan keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA  merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan pembinaan. Hal ini penting mengingat tujuan pembinaan, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA  adalah satu model pembinaan yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW  adalah akronim dari  Goal, Reality, Options  dan  Will .

Goal  (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality  (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options  (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will  (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat rencana aksi dan menjalankannya. TIRTA  akronim dari :

 : Tujuan

 : Identifikasi

 : Rencana aksi

TA : Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana sehingga dapat mewujudkan belajar di kelas maupun di sekolah.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukkan moral.

Seorang peneliti ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif , aman dan nyaman.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilakukan untuk mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang-kadang jika dipaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, semua tergantung pada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya jika keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar hanya sebuah kosong belaka dan tentunya murid tidak akan berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaan.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi seperti pisau yang digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan berkencan. Demikian sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid harus melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar siswa untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi dan diferensiasi produk.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang asyik dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau keterampilan yang harus dilakukan oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang memimpin sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman .

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh ( mindfullness ) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Demikian koneksi antar materi modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, semoga bermanfaat.